Archive for Oktober 2015
PENGARUH ALIRAN CASH FLOW DI INDONESIA TERHADAP PERTUKARAN NILAI RUPIAH DAN USD
Rupiah Melemah, Bank Lebih Selektif Salurkan Kredit
JAKARTA - Pelemahan nilai
tukar rupiah saat ini membuat industri perbankan harus waspada dan pintar
mengatur strategi. Salah satunya dilakukan Bank Permata. Mereka sudah
mempersiapkan antisipasi volatilitas nilai tukar dengan penyaluran kredit yang
lebih selektif.
Direktur Retail Banking
Bank Permata, Bianto Surodjo memperkirakan likuiditas masih akan cenderung
ketat. Pihak otoritas diprediksi akan mempertimbangkan potensi capital outflow
apabila The Fed menaikkan suku bunga pada semester kedua tahun ini.
Menurutnya, hal ini
membuat ruang untuk menurunkan suku bunga masih terbatas walaupun inflasi cukup
rendah. "Karena BI menjaga aliran dana untuk antisipasi ekonomi AS. Kami
sangat mewaspadai dampak pelemahan nilai tukar ini terhadap kredit
bermasalah," ujar Bianto dalam kunjungannya ke Gedung Sindo, Jakarta, Rabu
(18/3/2015).
Dia menerangkan perseroan
sudah seharusnya berjaga jika tidak mau kredit bermasalahnya semakin bertambah
tahun ini. Porsi kredit korporasi atau wholesale banking masih menjadi
mayoritas dalam penyaluran kredit, sehingga wajar dampak pelemahan industri
akibat volatilitas nilai tukar cukup signifikan.
"Porsi wholesale
banking setengah dari total kredit. Dan, ke depan masih akan menjadi andalan.
Namun, kami akan lebih selektif dalam proses underwriting," katanya.
Dia menyebutkan, perbankan
mencoba menjaga risiko volatilitas nilai tukar dengan berbagai cara. Meskipun
porsi kredit dalam USD hanya 20% dari total pinjaman pihaknya tetap akan
mewaspadai dampak lebih luas.
"Kredit USD harus
sesuai dengan cashflow nasabah korporasi. Kami prioritaskan untuk perusahaan
yang sudah melakukan hedging utangnya. Kami harus disiplin untuk antisipasi
risiko," ujarnya.
Bianto menegaskan
pemberian pinjaman akan lebih selektif untuk sektor yang sensitif dalam kondisi
berat seperti saat ini. Sektor komoditas dan industri yang sensitif pada
volatilitas nilai tukar akan diseleksi dengan ketat. Setidaknya dalam semester
pertama perseroan akan melihat perkembangan perekonomian dan depresiasi nilai
tukar rupiah. "BI Rate memang turun, namun tidak signifikan. Masih harus
dilihat apakah cost of fund sudah aman untuk kami turunkan suku bunga. Karena
kami juga ingin kompetitif," jelasnya.
Selain selektif, Bank Permata juga menyalurkan kredit dalam portfolio yang jelas batas eksposurnya. Selain itu, penyaluran kredit terdiversifikasi dalam beberapa sektor industri untuk selalu dipantau. "Itulah kenapa di tahun lalu walaupun gross NPL atau kredit bermasalah naik tapi berhasil dikontrol, karena diversifikasi," tandasnya.
PENGARUH ALIRAN CASH
FLOW DI INDONESIA TERHADAP PERTUKARAN NILAI RUPIAH DAN USD
Krisis Mata Uang Rupiah
Pada perkembangan ekonomi di Indonesia tahun ini nilai tukar Rupiah cenderung melemah. Hal yang sama juga dialami oleh mata uang beberapa negara emerging markets (negara berkembang yang sedang mengalami pertumbuhan ekonomi dengan cepat) lainnya.
Pelemahan rupiah terjadi karena beberapa faktor eksternal selain faktor internal, seperti defisit neraca transaksi berjalan. Banyak pengaruhnya dari faktor eksternal, contohnya rencana AS untuk mengurangi stimulus moneter dan kondisi harga-harga komoditi yang masih terkoreksi di 2013, serta penurunan hasil ekspor Indonesia. Selain itu, merosotnya pergerakan rupiah lebih didukung kecenderungan melambatnya ekonomi negara-negara berkembang, seperti China dan India. Sedangkan dengan negara-negara maju terjadi pemulihan ekonomi.
Nilai tukar sebuah mata uang ditentukan oleh hubungan penawaran-permintaan (supply-demand) atas mata uang. Jika permintaan atas sebuah mata uang meningkat, sementara penawarannya tetap atau menurun, maka nilai tukar mata uang itu akan naik. Kalau penawaran sebuah mata uang meningkat, sementara permintaannya tetap atau menurun, maka nilai tukar mata uang itu akan melemah. Dengan demikian, Rupiah melemah karena penawaran atasnya tinggi, sementara permintaan atasnya rendah.
Faktor yang menyebabkan penawaran atas rupiah tinggi, sementara atasnya rendah adalah keluarnya sejumlah besar investasi portofolio asing dari Indonesia. Keluarnya investasi portofolio asing ini akan menurunkan nilai tukar Rupiah, karena dalam proses ini, investor menukar Rupiah dengan mata uang negara lain untuk diinvestasikan di negara lain. Maka akan terjadi peningkatan penawaran atas Rupiah.
Dipertanyakan investasi portofolio asing ini keluar dari Indonesia? Alasan yang sering disebut adalah karena rencana the Fed (bank sentral AS) untuk mengurangi Quantitative Easing (QE). Karenanya, nilai tukar obligasi dan aset-aset finansial lain di AS akan naik.Faktor berikutnya yang menyebabkan penawaran tinggi dan permintaan rendah atas Rupiah adalah neraca nilai perdagangan Indonesia yang defisit. Artinya, ekspor lebih kecil daripada impor.
Merosotnya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) belakangan ini juga berkaitan dengan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Sementara pelemahan rupiah dipengaruhi oleh ketidakpastian pemerintah menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) subsidi. Apabila harga BBM naik otomatis inflasi naik dan suku bunga negatif akhirnya investor cabut. Dari sisi kurs anjlok otomatis investor akan rugi sehingga mereka harus menarik diri dari pasar modal. melemahnya pasar modal Indonesia tidak bisa dipisahkan dengan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
Dampak Melemahnya Rupiah
Dinamika ekspor-impor memang berdampak pada nilai tukar mata uang. Ekspor meningkatkan permintaan atas mata uang negara eksportir, karena dalam ekspor, biasanya terjadi pertukaran mata uang negara tujuan, dengan mata uang negara eksportir. Pertukaran ini terjadi karena si eksportir membutuhkan hasil akhir ekspor dalam bentuk mata uang negerinya agar bisa terpakai dalam usahanya. Sebaliknya, impor meningkatkan penawaran atas mata uang negara importir, karena dalam impor, biasanya terjadi pertukaran mata uang negara importir dengan mata uang negara asal. Karena akhir-akhir ini, impor Indonesia lebih besar daripada ekspornya, maka situasi ini telah melemahkan nilai tukar Rupiah.
Dinamika ekspor-impor memang berdampak pada nilai tukar mata uang. Ekspor meningkatkan permintaan atas mata uang negara eksportir, karena dalam ekspor, biasanya terjadi pertukaran mata uang negara tujuan, dengan mata uang negara eksportir. Pertukaran ini terjadi karena si eksportir membutuhkan hasil akhir ekspor dalam bentuk mata uang negerinya agar bisa terpakai dalam usahanya. Sebaliknya, impor meningkatkan penawaran atas mata uang negara importir, karena dalam impor, biasanya terjadi pertukaran mata uang negara importir dengan mata uang negara asal. Karena akhir-akhir ini, impor Indonesia lebih besar daripada ekspornya, maka situasi ini telah melemahkan nilai tukar Rupiah.
Banyak
pihak yang terpukul atas meningkatnya komoditi ekspor di Indonesia, Pertama
adalah konsumen, terutama konsumen kelas bawah, karena pendapatan mereka tidak
bisa mengimbangi kenaikan harga barang. Kedua pihak-pihak dalam rantai
distribusi komoditi impor mulai dari importir sampai pengecer, karena mereka
menghadapi pasar dalam negeri yang menyusut. Ketiga adalah para usahawan
yang berorientasi pada pasar dalam negeri. Keempat rakyat pekerja yang
sudah terpukul dari sisi konsumsi akibat kenaikan harga barang, juga akan
dijepit dari sisi upah oleh pengusaha yang terjepit oleh kenaikan harga
alat-alat produksi impor, kenaikan nilai utang luar negeri dan penyusutan pasar dalam negeri.
Namun, anjloknya Rupiah bukan hanya berdampak pada kenaikan harga komoditi impor saja. Dampak lainnya yang juga penting adalah kenaikan nominal Rupiah dari utang luar negeri, karena utang luar negeri dipatok dengan mata uang asing. Uang Rupiah yang dimiliki pengutang harus ditukar dengan mata uang pembayaran utang. Akibatnya, nilai tukar Rupiah bisa semakin lemah. Akan tetapi ada pula pihak yang diuntungkan oleh krisis Rupiah, jika mata uang suatu negara melemah, maka yang diuntungkan adalah sektor ekspor yang bahan bakunya (sebagian besar) berasal dari dalamnegeri.
Solusi
Namun, anjloknya Rupiah bukan hanya berdampak pada kenaikan harga komoditi impor saja. Dampak lainnya yang juga penting adalah kenaikan nominal Rupiah dari utang luar negeri, karena utang luar negeri dipatok dengan mata uang asing. Uang Rupiah yang dimiliki pengutang harus ditukar dengan mata uang pembayaran utang. Akibatnya, nilai tukar Rupiah bisa semakin lemah. Akan tetapi ada pula pihak yang diuntungkan oleh krisis Rupiah, jika mata uang suatu negara melemah, maka yang diuntungkan adalah sektor ekspor yang bahan bakunya (sebagian besar) berasal dari dalamnegeri.
Solusi
Solusi
yang paling tepat menjaga nilai mata uang kita adalah investasi emas. Kapanpun
emas akan selalu stabil, walaupun pernah turun sesaat. Hal tersebut bukan
berarti harga emas tidak stabil. Untuk melakukan investasi tentunya bukan di
hitung dalam waktu yang singkat saja, tetapi investasi bisa dikatakan benar –
benar investasi kalau kita menghitung dalam jangka yang lama, menjaga stabilitas harga dan mengamankan neraca perdagangan.
Selain itu, BI harus berusaha untuk membuat rupiah lebih menarik dengan menaikkan Fasilitas Bank Indonesia (Fasbi) minimal 100 basis point. Perlu segera diambil langkah-langkah fundamental dan struktural. Pengendalian rupiah, tak semestinya dilakukan dengan mengerem pertumbuhan kredit yang bisa berdampak pada perlambatan pertumbuhan ekonomi. Yang harus dilakukan adalah pengaturan cash flow nasional. Bank Indonesia perlu mempertimbangkan relaksasi ketentuan untuk melakukan pendalaman pasar valuta asing, untuk memikat aliran modal masuk (capital inflow).
Namun di sisi lain, Arif menegaskan ekspor harus didorong dan impor harus sangat dikendalikan. Produksi nasional, mutlak harus didongkrak, termasuk produksi sektor pertanian, serta industri perkapalan dan sektor kelautan. Agar impor pangan dan defisit neraca djasa bisa ditekan. Kebijakan fiskal pemerintah harus disusun dalam kerangka mendorong ekspor. Misalnya dengan menurunkan pajak ekspor dan promosi perdagangan agresif. Sebaliknya untuk mengendalikan impor, pajak impor harus dinaikkan dengan dimulai dari barang mewah.
Selain itu, adanya strategi pengembangan industri dan produksi nasional, terutama industri menengah dan kecil. Penciptaan lapangan kerja, realisasi anggaran, serta implementasi program pedesaan, UMKM, dan sosial, perlu dipercepat.
Selain itu, BI harus berusaha untuk membuat rupiah lebih menarik dengan menaikkan Fasilitas Bank Indonesia (Fasbi) minimal 100 basis point. Perlu segera diambil langkah-langkah fundamental dan struktural. Pengendalian rupiah, tak semestinya dilakukan dengan mengerem pertumbuhan kredit yang bisa berdampak pada perlambatan pertumbuhan ekonomi. Yang harus dilakukan adalah pengaturan cash flow nasional. Bank Indonesia perlu mempertimbangkan relaksasi ketentuan untuk melakukan pendalaman pasar valuta asing, untuk memikat aliran modal masuk (capital inflow).
Namun di sisi lain, Arif menegaskan ekspor harus didorong dan impor harus sangat dikendalikan. Produksi nasional, mutlak harus didongkrak, termasuk produksi sektor pertanian, serta industri perkapalan dan sektor kelautan. Agar impor pangan dan defisit neraca djasa bisa ditekan. Kebijakan fiskal pemerintah harus disusun dalam kerangka mendorong ekspor. Misalnya dengan menurunkan pajak ekspor dan promosi perdagangan agresif. Sebaliknya untuk mengendalikan impor, pajak impor harus dinaikkan dengan dimulai dari barang mewah.
Selain itu, adanya strategi pengembangan industri dan produksi nasional, terutama industri menengah dan kecil. Penciptaan lapangan kerja, realisasi anggaran, serta implementasi program pedesaan, UMKM, dan sosial, perlu dipercepat.
Melemahnya nilai tukar rupiah
Nilai tukar atau dikenal pula sebagai kurs dalam
keuangan adalah sebuah perjanjian yang dikenal sebagai nilai
tukar mata uang terhadap pembayaran barang atau jasa pada saat kini
atau di kemudian hari. Nilai tukar merupakan salah satu indicator kondisi
perekonomian suatu negara. Ketidakstabilan nilai tukar dalam beberapa waktu
lalu cenderung memperlihatkan bahwa nilai tukar rupiah terhadap dollar semakin
melemah , hal ini disebabkan beberapa faktor antara lain :
- Neraca
perdagangan tahun ini defisit karena lebih besar impor daripada ekspor.
- Neraca transaksi
berjalan juga mengalami defisit karena pembayaran-pembayaran utang luar
negeri yang banyak jatuh tempo.
- Cadangan
devisa yang menurun , Saat ini, cadangan devisa Indonesia per Agustus 2013
tercatat sekitar 97 miliar dollar AS, jumlahnya terus menurun dari nilai
sebelumnya di awal tahun USD 106 Milyar .
- Beberapa
kebijakan ekonomi pemerintah tidak cukup efektif dalam mengatasi masalah
ini .
- Para
petinggi negeri yang bertanggung jawab atas ekonomi sibuk dengan urusannya
masing-masing (politik).
- Budiono
sibuk menghadapi skandal Bank Century, Hatta Rajasa sibuk politik, Gita
Wirjawan sibuk konvensi Partai Demokrat. Hal ini menyebabkan kondisi
perekonomian Pada 2014 semakin auto pilot.
- Meningkatnya
kebutuhan dollar karena adanya pembayaran barang2 impor serta pembayaran
utang yang jatuh tempo pada akhir bulan dari perusahaan-perusahaan di
Indonesia
Kesimpulannya Indonesia diambang kesulitan ekonomi yang serius.
Dari penurunan nilai tukar rupiah sendiri, akan berpengaruh dengan
ekonomi makro di indonesia. Secara garis besar, ada tiga hal yang mempengaruhi
yaitu :
- Merosotnya
nilai tukar rupiah merefleksikan menurunnya permintaan masyarakat terhadap
mata uang rupiah dan meningkatnya permintaan mata uang asing sebagai alat
pembayaran internasional. Dampak yang akan terjadi adalah meningkatnya
biaya impor bahan bahan baku bagi perusahaan-perusahaan di Indonesia.
- Meningkatnya
tingkat suku bunga, hal ini akan berdampak pada perubahan investasi di
Indonesia.
- Terjadinya
Inflasi berkepanjangan akibat komsumsi masyarakat yang
meningkat dan likuiditas berlebih di pasar.
- Meningkatnya
harga komoditi impor , karena sebagian besar harganya ditentukan dengan
dollar.
Hal ini mencerminkan kondisi pertumbuhan perekonomian Indonesia untuk
saat ini sedang terhambat meskipun masih bisa diatasi dengan berbagai kebijakan
dari pemerintah maupun Bank Indonesia. Beberapa kebijakan yang sudah diambil
pemerintah dalam hal ini antara lain adalah :
- Memperbaiki
deficit neraca perdagangan dengan mendorong tingkat ekspor dan memberikan
keringanan pajak pada industry tertentu.
- Menjaga
pertumbuhan ekonomi dengan memastikan deficit APBN tetap sebesar 2,38% dan
menjaga agar pembiayaan aman.
- Menjaga
daya beli masyarakat, dengan mengubah tata niaga daging sapi dan
holtikultura.
- Mempercepat
investasi dengan mengoptimalkan system layanan terpadu satu pintu untuk
perizinan investasi.
Semua kebijakan pemerintah diatas cenderung memberikan efek dalam jangka
panjang. Namun , pemerintah tidak sendirian , kebijakan bank sentral juga turut
membantu dalam menstabilkan kembali nilai tukar rupiah yakni mempertahankan
tingkat suku bunga acuan atau BI rate di level 7,5 persen dan memutuskan
suku bunga lending facility tetap berada di level 7,5 persen ,
begitu pula dengan suku bunga deposit facility yang bertahan
di posisi 5,75 persen. Hal ini mengarahkan inflasi mencapai 4,5 persen
plus-minus 1 persen. Hal ini diharapkan bisa menjaga dan menguatkan kembali nilai
tukar rupiah ke bawah level Rp 12.000 per dolar AS jika didukung oleh
menurunnya permintaan dolar AS.
Menurut kami , isu melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar
haruslah disikapi dengan tenang oleh baik pemerintah maupun bank sentral.
Meskipun berpengaruh pada stabilitas perekonomian dan mempengaruhi daya beli
masyarakat , hal ini dapat diatasi jika pemerintah dan bank sentral mau
mengeluarkan kebijakan yang saling mendukung satu sama lainnya , tidak berjalan
sendiri sendiri, apalagi kebijakan saat ini yang telah diambil bank sentral
sudah sangat efektif , tinggal pemerintah saja yang mendukung dengan menjaga
permintaan dollar AS tetap dalam batas aman.
Sumber: https://manajemenkelasj.wordpress.com/category/nilai-tukar-rupiah/
https://manajemenkelasj.wordpress.com/2013/12/30/krisis-mata-uang-rupiah/
https://manajemenkelasj.wordpress.com/2013/12/29/melemahnya-nilai-tukar-rupiah/
https://manajemenkelasj.wordpress.com/2013/12/30/krisis-mata-uang-rupiah/
https://manajemenkelasj.wordpress.com/2013/12/29/melemahnya-nilai-tukar-rupiah/
indonesia.html
http://ekbis.sindonews.com/read/978444/178/rupiah-melemah-bank-lebih-selektif-salurkan- kredit-1426688300