Posted by : dwinyoman@blog.com Selasa, 20 Oktober 2015

Rupiah Melemah, Bank Lebih Selektif Salurkan Kredit

JAKARTA - Pelemahan nilai tukar rupiah saat ini membuat industri perbankan harus waspada dan pintar mengatur strategi. Salah satunya dilakukan Bank Permata. Mereka sudah mempersiapkan antisipasi volatilitas nilai tukar dengan penyaluran kredit yang lebih selektif.
Direktur Retail Banking Bank Permata, Bianto Surodjo memperkirakan likuiditas masih akan cenderung ketat. Pihak otoritas diprediksi akan mempertimbangkan potensi capital outflow apabila The Fed menaikkan suku bunga pada semester kedua tahun ini.
Menurutnya, hal ini membuat ruang untuk menurunkan suku bunga masih terbatas walaupun inflasi cukup rendah. "Karena BI menjaga aliran dana untuk antisipasi ekonomi AS. Kami sangat mewaspadai dampak pelemahan nilai tukar ini terhadap kredit bermasalah," ujar Bianto dalam kunjungannya ke Gedung Sindo, Jakarta, Rabu (18/3/2015).
Dia menerangkan perseroan sudah seharusnya berjaga jika tidak mau kredit bermasalahnya semakin bertambah tahun ini. Porsi kredit korporasi atau wholesale banking masih menjadi mayoritas dalam penyaluran kredit, sehingga wajar dampak pelemahan industri akibat volatilitas nilai tukar cukup signifikan.
"Porsi wholesale banking setengah dari total kredit. Dan, ke depan masih akan menjadi andalan. Namun, kami akan lebih selektif dalam proses underwriting," katanya.
Dia menyebutkan, perbankan mencoba menjaga risiko volatilitas nilai tukar dengan berbagai cara. Meskipun porsi kredit dalam USD hanya 20% dari total pinjaman pihaknya tetap akan mewaspadai dampak lebih luas.
"Kredit USD harus sesuai dengan cashflow nasabah korporasi. Kami prioritaskan untuk perusahaan yang sudah melakukan hedging utangnya. Kami harus disiplin untuk antisipasi risiko," ujarnya.
Bianto menegaskan pemberian pinjaman akan lebih selektif untuk sektor yang sensitif dalam kondisi berat seperti saat ini. Sektor komoditas dan industri yang sensitif pada volatilitas nilai tukar akan diseleksi dengan ketat. Setidaknya dalam semester pertama perseroan akan melihat perkembangan perekonomian dan depresiasi nilai tukar rupiah. "BI Rate memang turun, namun tidak signifikan. Masih harus dilihat apakah cost of fund sudah aman untuk kami turunkan suku bunga. Karena kami juga ingin kompetitif," jelasnya.

Selain selektif, Bank Permata juga menyalurkan kredit dalam portfolio yang jelas batas eksposurnya. Selain itu, penyaluran kredit terdiversifikasi dalam beberapa sektor industri untuk selalu dipantau. "Itulah kenapa di tahun lalu walaupun gross NPL atau kredit bermasalah naik tapi berhasil dikontrol, karena diversifikasi," tandasnya.


PENGARUH ALIRAN CASH FLOW DI INDONESIA TERHADAP PERTUKARAN NILAI RUPIAH DAN USD

Krisis Mata Uang Rupiah
            
            Pada perkembangan ekonomi di Indonesia tahun ini nilai tukar Rupiah cenderung melemah. Hal yang sama juga dialami oleh mata uang beberapa negara emerging markets (negara berkembang yang sedang mengalami pertumbuhan ekonomi dengan cepat) lainnya.
            
Pelemahan rupiah terjadi karena beberapa faktor eksternal selain faktor internal, seperti defisit neraca transaksi berjalan. Banyak pengaruhnya dari faktor eksternal, contohnya rencana AS untuk mengurangi stimulus moneter dan kondisi harga-harga komoditi yang masih terkoreksi di 2013, serta penurunan hasil ekspor Indonesia. Selain itu, merosotnya pergerakan rupiah lebih didukung kecenderungan melambatnya ekonomi negara-negara berkembang, seperti China dan India. Sedangkan dengan negara-negara maju terjadi pemulihan ekonomi.
            
Nilai tukar sebuah mata uang ditentukan oleh hubungan penawaran-permintaan (supply-demand) atas mata uang. Jika permintaan atas sebuah mata uang meningkat, sementara penawarannya tetap atau menurun, maka nilai tukar mata uang itu akan naik. Kalau penawaran sebuah mata uang meningkat, sementara permintaannya tetap atau menurun, maka nilai tukar mata uang itu akan melemah. Dengan demikian, Rupiah melemah karena penawaran atasnya tinggi, sementara permintaan atasnya rendah.
            Faktor yang menyebabkan penawaran atas rupiah tinggi, sementara atasnya rendah adalah keluarnya sejumlah besar investasi portofolio asing dari Indonesia. Keluarnya investasi portofolio asing ini akan menurunkan nilai tukar Rupiah, karena dalam proses ini, investor menukar Rupiah dengan mata uang negara lain untuk diinvestasikan di negara lain. Maka akan terjadi peningkatan penawaran atas Rupiah.
            Dipertanyakan
 investasi portofolio asing ini keluar dari Indonesia? Alasan yang sering disebut adalah karena rencana the Fed (bank sentral AS) untuk mengurangi Quantitative Easing (QE). Karenanya, nilai tukar obligasi dan aset-aset finansial lain di AS akan naik.Faktor berikutnya yang menyebabkan penawaran tinggi dan permintaan rendah atas Rupiah adalah neraca nilai perdagangan Indonesia yang defisit. Artinya, ekspor lebih kecil daripada impor.
            
Merosotnya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) belakangan ini juga berkaitan dengan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Sementara pelemahan rupiah dipengaruhi oleh ketidakpastian pemerintah menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) subsidi. Apabila harga BBM naik otomatis inflasi naik dan suku bunga negatif akhirnya investor cabut. Dari sisi kurs anjlok otomatis investor akan rugi sehingga mereka harus menarik diri dari pasar modal. melemahnya pasar modal Indonesia tidak bisa dipisahkan dengan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
Dampak Melemahnya Rupiah

Dinamika ekspor-impor memang berdampak pada nilai tukar mata uang. Ekspor meningkatkan permintaan atas mata uang negara eksportir, karena dalam ekspor, biasanya terjadi pertukaran mata uang negara tujuan, dengan mata uang negara eksportir. Pertukaran ini terjadi karena si eksportir membutuhkan hasil akhir ekspor dalam bentuk mata uang negerinya agar bisa terpakai dalam usahanya. Sebaliknya, impor meningkatkan penawaran atas mata uang negara importir, karena dalam impor, biasanya terjadi pertukaran mata uang negara importir dengan mata uang negara asal. Karena akhir-akhir ini, impor Indonesia lebih besar daripada ekspornya, maka situasi ini telah melemahkan nilai tukar Rupiah.
            Banyak pihak yang terpukul atas meningkatnya komoditi ekspor di Indonesia, Pertama adalah konsumen, terutama konsumen kelas bawah, karena pendapatan mereka tidak bisa mengimbangi kenaikan harga barang. Kedua  pihak-pihak dalam rantai distribusi komoditi impor mulai dari importir sampai pengecer, karena mereka menghadapi pasar dalam negeri yang menyusut. Ketiga adalah  para usahawan yang berorientasi pada pasar dalam negeri.  Keempat rakyat pekerja yang sudah terpukul dari sisi konsumsi akibat kenaikan harga barang, juga akan dijepit dari sisi upah oleh pengusaha yang terjepit oleh kenaikan harga alat-alat produksi impor, kenaikan nilai utang luar negeri dan penyusutan pasar dalam negeri.
            
Namun, anjloknya Rupiah bukan hanya berdampak pada kenaikan harga komoditi impor saja. Dampak lainnya yang juga penting adalah kenaikan nominal Rupiah dari utang luar negeri, karena utang luar negeri dipatok dengan mata uang asing. Uang Rupiah yang dimiliki pengutang harus ditukar dengan mata uang pembayaran utang. Akibatnya, nilai tukar Rupiah bisa semakin lemah. Akan tetapi ada pula pihak yang diuntungkan oleh krisis Rupiah, jika mata uang suatu negara melemah, maka yang diuntungkan adalah sektor ekspor yang bahan bakunya (sebagian besar) berasal dari dalamnegeri.

Solusi
            Solusi yang paling tepat menjaga nilai mata uang kita adalah investasi emas. Kapanpun emas akan selalu stabil, walaupun pernah turun sesaat. Hal tersebut bukan berarti harga emas tidak stabil. Untuk melakukan investasi tentunya bukan di hitung dalam waktu yang singkat saja, tetapi investasi bisa dikatakan benar – benar investasi kalau kita menghitung dalam jangka yang lama, menjaga stabilitas harga dan mengamankan neraca perdagangan.
            Selain itu, BI harus berusaha untuk membuat rupiah lebih menarik dengan menaikkan Fasilitas Bank Indonesia (Fasbi) minimal 100 basis point. Perlu segera diambil langkah-langkah fundamental dan struktural. Pengendalian rupiah, tak semestinya dilakukan dengan mengerem pertumbuhan kredit yang bisa berdampak pada perlambatan pertumbuhan ekonomi. Yang harus dilakukan adalah pengaturan cash flow nasional. Bank Indonesia perlu mempertimbangkan relaksasi ketentuan untuk melakukan pendalaman pasar valuta asing, untuk memikat aliran modal masuk (capital inflow).
            Namun di sisi lain, Arif menegaskan ekspor harus didorong dan impor harus sangat dikendalikan. Produksi nasional, mutlak harus didongkrak, termasuk produksi sektor pertanian, serta industri perkapalan dan sektor kelautan. Agar impor pangan dan defisit neraca djasa bisa ditekan. Kebijakan fiskal pemerintah harus disusun dalam kerangka mendorong ekspor. Misalnya dengan menurunkan pajak ekspor dan promosi perdagangan agresif. Sebaliknya untuk mengendalikan impor, pajak impor harus dinaikkan dengan dimulai dari barang mewah.
Selain itu, adanya strategi pengembangan industri dan produksi nasional, terutama industri menengah dan kecil. Penciptaan lapangan kerja, realisasi anggaran, serta implementasi program pedesaan, UMKM, dan sosial, perlu dipercepat.



Melemahnya nilai tukar rupiah

Nilai tukar atau dikenal pula sebagai kurs dalam keuangan adalah sebuah perjanjian yang dikenal sebagai nilai tukar mata uang terhadap pembayaran barang atau jasa pada saat kini atau di kemudian hari. Nilai tukar merupakan salah satu indicator kondisi perekonomian suatu negara. Ketidakstabilan nilai tukar dalam beberapa waktu lalu cenderung memperlihatkan bahwa nilai tukar rupiah terhadap dollar semakin melemah , hal ini disebabkan beberapa faktor antara lain :

  • Neraca perdagangan tahun ini defisit karena lebih besar impor daripada ekspor.
  • Neraca transaksi berjalan juga mengalami defisit karena pembayaran-pembayaran utang luar negeri yang banyak jatuh tempo.
  • Cadangan devisa yang menurun , Saat ini, cadangan devisa Indonesia per Agustus 2013 tercatat sekitar 97 miliar dollar AS, jumlahnya terus menurun dari nilai sebelumnya di awal tahun USD 106 Milyar .
  • Beberapa kebijakan ekonomi pemerintah tidak cukup efektif dalam mengatasi masalah ini .
  • Para petinggi negeri yang bertanggung jawab atas ekonomi sibuk dengan urusannya masing-masing (politik).
  • Budiono sibuk menghadapi skandal Bank Century, Hatta Rajasa sibuk politik, Gita Wirjawan sibuk konvensi Partai Demokrat. Hal ini menyebabkan kondisi perekonomian Pada 2014 semakin auto pilot.
  • Meningkatnya kebutuhan dollar karena adanya pembayaran barang2 impor serta pembayaran utang yang jatuh tempo pada akhir bulan dari perusahaan-perusahaan di Indonesia
Kesimpulannya Indonesia diambang kesulitan ekonomi yang serius.

Dari penurunan nilai tukar rupiah sendiri, akan berpengaruh dengan ekonomi makro di indonesia. Secara garis besar, ada tiga hal yang mempengaruhi yaitu :
  • Merosotnya nilai tukar rupiah merefleksikan menurunnya permintaan masyarakat terhadap mata uang rupiah dan meningkatnya permintaan mata uang asing sebagai alat pembayaran internasional. Dampak yang akan terjadi adalah meningkatnya biaya impor bahan bahan baku bagi perusahaan-perusahaan di Indonesia.
  • Meningkatnya tingkat suku bunga, hal ini akan berdampak pada perubahan investasi di Indonesia.
  • Terjadinya Inflasi berkepanjangan akibat komsumsi  masyarakat  yang meningkat dan likuiditas berlebih di pasar.
  • Meningkatnya harga komoditi impor , karena sebagian besar harganya ditentukan dengan dollar.
Hal ini mencerminkan kondisi pertumbuhan perekonomian Indonesia untuk saat ini sedang terhambat meskipun masih bisa diatasi dengan berbagai kebijakan dari pemerintah maupun Bank Indonesia. Beberapa kebijakan yang sudah diambil pemerintah dalam hal ini antara lain adalah :
  • Memperbaiki deficit neraca perdagangan dengan mendorong tingkat ekspor dan memberikan keringanan pajak pada industry tertentu.
  • Menjaga pertumbuhan ekonomi dengan memastikan deficit APBN tetap sebesar 2,38% dan menjaga agar pembiayaan aman.
  • Menjaga daya beli masyarakat, dengan mengubah tata niaga daging sapi dan holtikultura.
  • Mempercepat investasi dengan mengoptimalkan system layanan terpadu satu pintu untuk perizinan investasi.
Semua kebijakan pemerintah diatas cenderung memberikan efek dalam jangka panjang. Namun , pemerintah tidak sendirian , kebijakan bank sentral juga turut membantu dalam menstabilkan kembali nilai tukar rupiah yakni mempertahankan tingkat suku bunga acuan atau BI rate di level 7,5 persen dan  memutuskan suku bunga lending facility tetap berada di level 7,5 persen , begitu pula dengan suku bunga deposit facility yang bertahan di posisi 5,75 persen. Hal ini mengarahkan inflasi mencapai 4,5 persen plus-minus 1 persen. Hal ini diharapkan bisa menjaga dan menguatkan kembali nilai tukar rupiah ke bawah level Rp 12.000 per dolar AS jika didukung oleh menurunnya permintaan dolar AS.
Menurut kami , isu melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar haruslah disikapi dengan tenang oleh baik pemerintah maupun bank sentral. Meskipun berpengaruh pada stabilitas perekonomian dan mempengaruhi daya beli masyarakat , hal ini dapat diatasi jika pemerintah dan bank sentral mau mengeluarkan kebijakan yang saling mendukung satu sama lainnya , tidak berjalan sendiri sendiri, apalagi kebijakan saat ini yang telah diambil bank sentral sudah sangat efektif , tinggal pemerintah saja yang mendukung dengan menjaga permintaan dollar AS tetap dalam batas aman.




               http://maulanabduljabar.blogspot.co.id/2015/10/pengaruh-aliran-cash-flow-di-               
               indonesia.html
               http://ekbis.sindonews.com/read/978444/178/rupiah-melemah-bank-lebih-selektif-salurkan-                 kredit-1426688300 




Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © Amal yang Dilakukan dengan Ikhlas yang Mampu Membawa Manusia ke Dalam Surga - Skyblue - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -